Laman

Kamis, 09 Januari 2014

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPS di SD

Banyak hal yang perlu diketahui anak dalam Pembelajaran IPS di SD yaitu diantaranya kenampakan alam dan keragaman sosial budaya, pemanfaatan SDA dalam kegiatan ekonomi, keanekaragaman suku bangsa dan peninggalan sejarah serta masalah sosial di lingkungan setempat, dan lain-lain. Untuk memudahkan peserta didik dalam proses belajar mengajar, maka materi pembelajaran harus disajikan secara bervariasi agar peserta didik mampu belajar aktif, kreatif dan mandiri sesuai dengan yang diharapkan juga pembelajaran lebih ditekankan pada kemampuan hidup (general life skill) dan menggali nilai-nilai budi pekerti. Dalam PBM juga guru mampu mengembangkan minat peserta didik dalam mempelajari dan meningkatkan keterampilan bersosialisasi antara pengetahuan dengan kondisi masyarakat yang sedang berkembang di masyarakat. Melalui pembelajaran IPS akan memberikan dampak terhadap kemampuan berpikir dan bernalar peserta didik ke arah yang lebih baik, sehingga proses pembelajaran dapat bermakna.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD, menuntut kemampuan guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang dapat menunjang dan mendorong siswa untuk berpikir logis, sistematis dan kritis yaitu diantaranya:
1.    Berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai.
2.    Mengetahui dan menguasai konten pembelajaran IPS.
3.    Dalam proses pembelajaran lebih banyak melibatkan siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dalam proses belajar.
4.    Dalam PBM berusaha mencari, menemukan sendiri dan memecahkan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat.
5.    Banyak menggunakan alat belajar, sumber belajar dan media belajar yang bervariasi  selama pembelajran yang dapat membantu meningkatkan kualitas perolehan belajar siswa.

A.    Sejarah dalam Pembelajaran IPS di SD
Sejarah adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Masa lalu ini dipengaruhi oleh ketersediaan bukti, objektivitas data, dokumen, buku, foto, dan lain-lain. Dalam pembelajaran IPS di SD bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat khususnya sejarah di negara Republik Indonesia dari masa lalu hingga sekarang. Bahan kajian sejarah perlu diberikan kepada anak SD agar siswa mampu menghargai jasa pahlawan, mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu, mampu menjaga dan melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah dan mampu mengombongkan warisan budaya agar tidak punah.
Melalui pembelajaran sejarah siswa bukan hanya memperoleh terbatas pada pengetahuan akan suatu peristiwa tetapi dapat memahami akan kesadaran sejarah. Dengan adanya kesadaran sejarah, siswa akan mampu mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah tersebut. Sehingga sebagai bangsa yang besar, siswa tidak akan melupakan sejarah bangsanya sendiri.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh gurudalam pembelajaran IPS kepada siswa khusunya cara menghargai peninggalan sejarah yaitu diantaranya:
1.    Siswa diajak mengunjungi tempat-tempat bersejarah, seperti candi, istana, makam, mesjid, benteng dan museum. Kalaupun tidak memungkinkan untuk siswa mengunjungi tempat-tempat tersebut, guru menunjukan foto-foto atau dokumen-dokumen sebagai alat peraga dalam PBM.
2.  Siswa ditugaskan untuk mempelajari buku-buku dan berbagai peninggalan sejarah yang ada di perpustakaan, di masyarakat yang dapat menunjang peninggalan sejarah tersebut, dan untuk memperkaya pengetahuan siswa ditugaskan untuk membuat kliping.
3.    Siswa membandingkan berbagai peninggalan sejarah yang ada di sekitar.

B.     Geografi dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Geogafi adalah ilmu tentang kenampakan alam atau tempat di suatu daerah tertentu.
Dalam PIPS di SD mengenai ketampakan alam materinya dihubungkan dengan ketampakan alam. Dengan keragaman sosila budaya, ketampakan alam dengan ketampakan hasil buatan manusia. Contoh; pelabuhan, Bandar udara, waduk, dan lain-lain.
Dalam proses pembelajarannya guru dituntut untuk dapat menyediakan dan membuat media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan minat, partisifasi aktif dan karakteristik anak selama PBM, yaitu diantaranya selama PBM berlangsung guru menggunakan media dan sumber belajar diantaranya: atlas, peta, globe, dan lain-lain yang dapat memabantu dalam menyampaikan materi kepada siswa, sehingga proses belajar yang bermakna dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan media dan sumber belajar, guru perlu memperhatikan beberapa hal dalam menggunakan media dan sumber belajar yaitu: kapan waktu yang tepat media dan smber belajar itu digunakan, bagaimana cara penggunaan alat tersebut dalam proses pembelajaran. Karena media yang canggih sekalipun, bila penggunaannya tidak tepat tidak akan menjamin akan memberi makna yang maksimal dalam PBM, sebaliknnya media yang sederhana apabila penggunaannya pada saat yang tepat proses pembelajaran dapat bermakna.

C.    Ekonomi dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, Oikonomia. Kata oikonomia berarti rumah tangga. Kata ekonomi berarti urusan keuangan rumah tangga.
Pembelajaran IPS di SD yang berhubungan dengan bahan kajian ekonomi yaitu materinya tentang pemanfaatan SDA dalam kegiatan ekonimi, kegiatan ekonomi berdasarkan potensi alam, koperasi dan kegiatan ekonomidi Indonesia. Untuk mempermudah pemahaman siswa pada materi yang diajarkan dalam penyampaian materi, guru harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, misalnya dalam setiap materi selam PBM berlangsung, diberikan contoh-contoh berupa cerita, percakapan, gambar, dan lain-lain yang dapat membantu siswa agar lebih memahami materi yang diajarkan. Setelah pembelajaran selesai, siswa hendaknya ditugaskan mengerjakan soal-soal latihan baik dikerjakan secara individu maupun kelompok, guru hanya sebagai fasilitator sehingga guru dapat merefleksi hasil belajar yang dicapai dalam suatu proses yang berkelanjutan guna salah satu indikator ketercapaian sebuah proses dan hasil pembelajaran ditentukan oleh kualitas tampilan guru pada saat pelaksanaan pembelajaran hingga mampu memberikan tindakan terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.

D.    Kesimpulan
IPS merupakan mata pelajaran tentang kehidupan sosial yang berdasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara dan sejarah. PIPS di SD hanya menekankan pada bahan kajian geografi, ekonomi dan sejarah. Dalam meningkatkan kualiatas PIPS maka guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang melibatkan siswa aktif, kreatif, mandiri selama mengikuti pembelajaran dan membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan masyarakat dan IPTEK.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD perlu diperhatikan oleh elemen-elemen / pihak-pihak terkait di bidang pendidikan, khususnya oleh guru sebagai pengembang kurikulum dan ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapanngan, dituntut mampu atau memiliki kecakapan dasar professional yang dapat diandalkan sebagai tenaga pendidikan dan mampu mengembangkan pembelajaran dimulai dari merencanakan, mengolah sampai menilai guna perbaikan atau peningkatan mutu pembelajaran sesuai yang diharapkan.
Ketercapaian tujuan PIPS dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengembangkan media, sumber, alat dan strategi belajar serta menguasai materi yang dikembangkan berdasarkan pada kehidupan riil di sekitar kehidupan sehari-hari siswa.

Rabu, 08 Mei 2013

ASESMEN KINERJA DAN PORTOFOLIO


ASESMEN KINERJA DAN PORTOFOLIO

Ø Asesmen Kinerja
A.    Pengertian
Assesment kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Assesment kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program tersebut.
Secara sederhana asesmen ini menilai proses perolehan, penerapan pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan peserta didik dalam proses maupun produk. (Brualdy, 1998) Dalam asesmen kinerja, evaluasi tidak dilakukan dengan menyuruh peserta didik menjawab atau memilih jawaban dari sederetan kemungkinan jawaban yang tersedia akan tetapi peserta didik diharuskan menjelaskan dengan kata-kata atau caranya sendiri yang dapat menunjukkan penguasaannya terhadap suatu hal atau peristiwa.
B.    Tujuan Assesment Kinerja 
Performance assessment  bertujuan untuk mengetahui seberapa baik subyek belajar telah mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan sasaran pembelajaran yang telah ditentukan dan berfokus pada penilaian secara langsung yakni dalam arti langsung dari kinerja atau apa yang ditampilkan oleh peserta didik, berlangsung kontinyu, dengan mengkaitkannya  dengan berbagai permasalahan nyata yang dihadapi peserta didik.
C.     Komponen Assesment Kinerja
Terdapat tiga komponen utama dalam assesment kinerja, yaitu tugas kinerja, rubric performansi, dan cara penilaian.
D.    Tugas Kinerja (Performance Task)
Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Contoh Tugas dalam Pembuatan assesment kinerja dalam bidang TI adalah sebagai berikut. Lakukanlah penelitian sederhana mengenai gangguan worm terhadap pengaruh kinerja komputer dan keruasakan system yang diakibatkannya, lakukan kegiatan dengan melakukan survei kepada beberapa user komputer yang sering mengalami gangguan terhadap worm . Anda dapat memilih satu atau semua faktor yang memungkinkan wormtersebut dapat menginfeksi komputer :

1.      Internet
2.      Media penyimpanan data
Tugas ini meliputi :
1.      Pengembangan rancangan penelitian (termasuk proposal sederhana)
2.      Pengembangan instrument yang diperlukan untuk mengumpulkan data
3.      Pengumpulan data
4.      Analisis data
5.      Penulisan laporan penelitian
6.      Penyampaian laporan secara lisan dalam suatu seminar kelas
E.     Kriteria Penilaian Assesment Kinerja
Untuk mengetahui apakah penilaian kinerja (performance assessment) dapat dianggap berkualitas atau tidak, terdapat tujuh kriteria yang perlu diperhatikan oleh evaluator. Ketujuh kriteria ini sebagaimana diungkap oleh Popham (1995) yaitu:
1.    Generability : apakah kinerja peserta tes (students performance) dalam melakukan tugas yang diberikan tersebut sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain? Semakin dapat digeneralisasikan tugas-tugas yang diberikan dalam rangka penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance assessment) tersebut, dalam artian semakin dapat dibandingkan dengan tugas yang lainnya maka semakin baik tugas tersebut. Hal ini terutama dalam kondisi bila peserta tes diberikan tugas-tugas dalam penilaian keterampilan (performance assessment) yang berlainan.
2.    Authenticity: apakah tugas yang diberikan tersebut sudah serupa dengan apa yang sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari?
3.    Multiple foci: apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur lebih dari satu kemampuan-kemampuan yang diinginkan (more than one instructional outcomes)?
4.   Teachability: apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas? Jadi tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance assessment) adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang dapat diajarkan guru di dalam kelas.
5.    Fairness: apakah tugas yang diberikan sudah adil (fair) untuk semua peserta tes. Jadi tugas-tugas tersebut harus sudah dipikirkan tidak ”bias” untuk semua kelompok jenis kelamin, suku bangsa, agama, atau status sosial ekonomi.
6.      Feasibility: apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance assessment) memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan (tempat), waktu, atau peralatannya?
7.      Scorability: apakah tugas yang diberikan nanti dapat diskor dengan akurat dan reliabel? Karena memang salah satu yang sensitif dari penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance assessment) adalah penskorannya.
Ø  Asesmen Portofolio
A.    Pengertian
Istilah portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Sebagai suatu wujud benda fisik portofolio itu adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre-test), tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post-test), dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), ketrampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif).
Hermana dalam Ine Kusuma Ariyani mengemukakan bahwa portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur, maka portofolio sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa serta memberikan gambaran mengenai sikap dan minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan. Diungkapkan oleh Dasim Budimansyah kata kunci dari portofolio adalah hasil karya terpilih siswa. Maknanya adalah bahwa yang harus menjadi akumulasi dari segala sesuatu yang ditemukan para siswa dari topik mereka harus memuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaik tentang bahan-bahan mana yang paling penting. Oleh karena itu, portofolio bukanlah kumpulan bahan yang tidak memperlihatkan signifikasi sama sekali. Yang demikian bukanlah portofolio, tetapi hanya kumpulan bahan-bahan lepas yang tidak tampak validiatasnya. Portofolio dengan demikian bukan keranjang sampah (garbage collector).Portofolio menyimpan sejumlah informasi tentang diri siswa secara lengkap dan menyeluruh termasuk kenerja siswa. Dokumen ini dicatat secara sistematis yang bersifat relatif, sehingga merupakan metode utama yang profesional dalam melihat ketrampilan dan prestasi belajarsiswa. Secara substansial portofolio siswa dapat dilihat sebagai gambaran dari hasil- hasil tulisan, interpretasi, maupun aktifitasnya di dalam kelas atau di luar kelas.  Dalam pengertian lain, penilaian dengan portofolio dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(1)   portofolio dalam bacaan (portofolio in reading) dan
(2)   portofolio dalam tulisan (portofolio in writing)
Ada satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa portofolio tidak hanya merupakan satu alat untuk menyimpan data yang autentik guna penilaian, lebih dari itu portofolio merupakan suatu metode pendekatan model penilaian dan pengajaran.Portofolio bukan merupakan sesuatu yang baru atau konsep yang tidak berarti, karena menggunakan portofolio sangat ditentukan oleh siapa yang melakukannya dan apa harapan atau tujuannya. Sejumlah bukti fisik tentang kemajuan belajar siswa terdapat didalamnya, sehingga portofolio bagi guru merupakan investasi berharga tentang kinerja siswa dalam semua peristiwa yang pernah terjadi dan dialami oleh siswa. Koleksi ini menunjukkan cakupan partisipasi mereka dalam menyeleksi bahan kajian belajar, penentuan kriteria bahan yang bermanfaat dan buktibukti dari refleksi mereka sendiri. Pengertian portofolio berarti mengandung proses mengoleksi, menyeleksi, dan merefleksi.
Johston dalam Johar Permana. Kumpulan bukti-bukti tersebut dapat dikatakan portofolio bila sudah dirancang secara berencana dan disengaja melalui pengalaman langsung siswanya. Dengan kata lain, bahwa portofolio dapat dikatakan sebagai prosedur penilaian hasil belajar melalui pengalaman, yang dikenal dengan istilah hasil belajar melalui pengalaman atau “HBMP” (assesssment of experiential learning). Maka portofolio identik dengan berita acara tentang kemajuan belajar siswa.

B.     Prinsip Asesmen Portofolio
Berbeda dengan penilaian lainnya, keterlibatan peserta didik dalam penilaian portofolio merupakan sesuatu yang harus dikerjakan. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio, diantaranya adalah:
(a)    Saling percaya,
(b)    Kerahasiaan bersama,
(c)    Milik bersama,
(d)   Kepuasan dan kesesuaian,
(e)    Penciptaan budaya mengajar,
(f)    Refleksi bersama,
(g)   Proses dan hasil.

C.     Fungsi Asesmen Portofolio
Portofolio tidak hanya merupakan tempat penyimpanan hasil pekerjaan peserta didik, tetapi merupakan sumber informasi untuk guru dan peserta didik. Portofolio berfungsi untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik dan kemampuan dalam mata pelajaran tertentu, serta pertumbuhan kemampuan peserta didik.  Hal ini nampak pada ciri-ciri portofolio yaitu:
(1)   Disusun oleh siswa, artinya semua berkas hasil kerja / karya siswa didokumentasikan siswa itu sendiri,
(2)   Portofolio memberikan secara rinci latar pengalaman hasil belajar yang jelas sehingga tidak diperlukan lagi informasi tambahan,
(3)   Portofolio disusun terdiri dari:
(a)    Biodata,
(b)   Paparan umum mengenai persepsi siswa tentang tujuan belajar yang ingin dicapainya, serta upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,
(c)    Rincian kronologi proses pengalaman belajar atau kinerja yang telah dilaluinya,
(d)   Rincian pengalaman belajar (kinerja) yang secara eksplisit dikaitkan dengan butir-butir HPMB yang telah diperoleh, baik yang bersifat konseptual maupun terapan,
(e)    Lampiran bukti-bukti yang relevan.

D.    Tujuan dan Manfaat Asesmen Portofolio
Tujuan digunakannya portofolio dalam proses penilaian adalah untuk mengumpulkan informasi secara apa adanya tentang hasil belajar siswa, pengetahuan, dan sikapnya secara nyata. Dikemukakan pula oleh Ross, bahwa portofolio bertujuan mendokumentasikan berkas-berkas bukti kemajuan belajar secara lengkap.
Nitko, mengungkapkan bahwa portofolio bertujuan untuk mengkoleksi bukti perkembangan dari kemajuan belajar siswa sebagai bahan untuk memberikan konstribusi terhadap penilaian yang sesungguhnya.
Pendapat dan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa portofolio digunakan dengan tujuan untuk mendokumentasikan berkas-berkas pada proses dan hasil belajar siswa atau merupakan berkas-berkas hasil kerja/hasil karya siswa secara nyata dan autentik dapat dijadikan sebagai dasar penilaian perkembangan dan kemajuan belajar siswa.
Manfaat yang dapat dirasakan sebagai dampak penggunaan portofolio dalam penilaian adalah:
(1)    Penilaian portofolio dapat memberikan gambaran yang utuh tentang perkembangan kemampuan siswa. Artinya melalui penilaian portofolio, informasi yang didapatkan bukan hanya sekedar pengetahuan saja, akan tetapi juga sikap dan ketrampilan,
(2)    Penilaian portofolio merupakan penilaian autentik, artinya penilaian portofolio memberikan gambaran nyata tentang kemampuan siswa yang sesungguhnya.
Mengapa demikian? Karena portofolio adalah dokumen asli yang berisi tentang ekumpulan karya siswa. Melalui dokumen itulah tergambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya,
(3)    Penilaian portofolio merupakan teknik penilaian yang dapat mendorong siswa pada pencapaian hasil yang lebih baik dan lebih sempurna, siswa dapat belajar optimal, merasa tertekan. Hal ini dimungkinkan disebabkan penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus. Setiap hasil kerja siswa dimonitor dan diberi komentar,
(4)    Penilaian portofolio dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, oleh sebab itu respon siswa dalam proses pembelajaran diberikan reinforcement, dengan demikian siswa akan segera mengetahui kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang dilakukannya,
(5)    Penilaian portofolio dapat mendorong para orang tua siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini disebabkan setiap perkembangan siswa yang digambarkan melalui hasil kerja siswa, orang tua dimintai komentarnya.
Maka nampak jelas, bahwa asesmen portofolio adalah salah satu teknik menilai proses belajar yang mempertimbangkan variasi aspek kemampuan individual berdasarkan kumpulan bukti karya, usaha dan kemampuan siswa selama proses belajar berlangsung, sehingga diperoleh penilaian proses belajar sebagai hasil akhirnya, bukan sekedar penilaian hasil belajar yang cenderung menekankan kemampuan kognitif atau afektif semata.

Media Pembelajaran.


Media Pembelajaran.

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan. Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Posisi media pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”.
Ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya :
Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang  menentukan hasil  belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan  ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal.

Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran, diantaranya yaitu :
-          mempermudah proses belajar-mengajar
-          meningkatkan efisiensi belajar-mengajar
-          menjaga relevansi dengan tujuan belajar
-          membantu konsentrasi mahasiswa
-          Menurut Gagne : Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar
-          Menurut Briggs : Wahana fisik yang mengandung materi instruksional
-          Menurut Schramm : Teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional
-          Menurut Y. Miarso : Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa
Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat  dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa untuk menentukan media pembelajaran tersebut.

Bahan Ajar


Bahan Ajar

1.    Pengertian Bahan Ajar

            Bahan Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam penyajiannya berupa deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, norma yakni berkaitan dengan aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapa itujuan pembelajaran. Dilihat dari aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara langsung dan sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung. Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan ajar utama yang menjadi rujukan wajib dalam pembelajaran. Contohnya adalah buku teks, modul, handout, dan bahan-bahan panduan utama lainnya. Bahan pembelajaran dikembangkan mengacu pada kurikulum yang berlaku, khususnya yang terkait dengan tujuan dan materi kurikulum seperti kompetensi, standar materi dan indikator pencapaian.
Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan penunjang yang berfungsi sebagai pelengkap. Contohnya adalah buku bacaan, majalah, program video, leaflet, poster, dan komik pengajaran. Bahan pembelajaran ini pada umumnya disusun di luar lingkup materi kurikulum, tetapi memiliki keterkaitan yang erat dengan tujuan utamanya yaitu memberikan pendalaman dan pengayaan bagi siswa.

2.
  Peran Bahan Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan aktifitas dalam upaya pewujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaituunsur raw input (siswa) yang akan diproses/dibentuk kompetensinya,instrumental input (terdiri dari tujuan, materi berupa bahan ajar, media dan perangkat evaluasi) yang berfungsi sebagai perangkat yang akan memproses pembentukan kompetensi, serta perangkat lingkungan (environmental input), seperti lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, yang turut mempengaruhi keberhasilan pencapaian kompetensi. Bahan pembelajaran dalam proses pembelajaran dengan demikian menempati posisi penting dalam proses pembelajaran, hal tersebut karena bahan ajar merupakan materi yang akan disampaikan/disajikan. Tanpa bahan ajar mustahil pembelajaran akan terwujud. Tepat tidaknya, sesuai tidaknya bahan ajar dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan akan menentukan tercapai tidaknya tidaknya tujuan kompetensi pembelajaran yang diharapkan. Berdasarkan uraian tersebut, bahan ajar merupakan inti dari kurikulum yang berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Secara lebih rinci, peran bahan ajar bagi guru, siswa dan pihak terkait:
a.      Peran bahan pembelajaran bagi guru
1. Wawasan bagi guru untuk pemahaman substansi secara komprehensif
2. Sebagai bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
3. Mempermudah guru dalam mengorganisasikan pembelajaran di kelas
4.      Mempermudah guru dalam penentuan metoda pembelajaran yang tepat serta sesuai kebutuhan siswa
5.      Merupakan media pembelajaran 
6.      Mempermudah guru dalam merencanakan penilaian pembelajaran.

b.      Peran bahan pembelajaran bagi siswa
1.      Sebagai pegangan siswa dalam penguasaan materi pelajaran untuk mencapai kompetensi yang dicanangkan.
2.       Sebagai informasi atau pemberi wawasan secara mandiri di luar yang disampaikan oleh guru di kelas.
3.      Sebagai media yang dapat memberikan kesan nyata berkaitan dengan materi yang harus dikuasai.
4.      Sebagai motivator untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi tertentu.
5.      Mengukur keberhasilan penguasaan materi pembelajaran secara mandiri.

c.       Peran pembelajaran bagi pihak terkait
1.      Dapat mendorong pihak terkait untuk memfasilitasi pengadaan bahan pembelajaran yang dibutuhkan guru dan murid di sekolah.
2.      Dapat meberi masukan kepada guru atau penyusun bahan pembelajaran agar bahan pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa dengan segenap lingkungannya.
3.      Dapat membantu dalam pemilihan dan penetapan media serta alat pembelajaran lainnya yang mendukung keberhasilan penguasaan bahan pembelajaran oleh siswa.
4.      Sebagai alat pemberian reward (penghargaan) terhadap guru yang secara kreatif menyusun serta mengembangkan bahan pembelajaran.

d. Karakteristik Bahan Ajar
       Suatu bahan pembelajaran yang baik memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri yang melekat pada bahan ajar yang disajikan (disusun) merupakan ciri khas yang membedakan antara bahan pembelajaran yang baik dengan bahan pembelajaran yang tidak baik.
Bahan pembelajaran yang baik memenuhi syarat substansial dan penyajian sebagai berikut:

a.    Secara substansial bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.        Sesuai dengan visi dan misi sekolah
Visi merupakan wawasan jauh ke depan yang menunjukkan arah bagi pencapaian tujuan. Sedangkan misi merupakan gambaran tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh lembaga, dalam hal ini sekolah/madrasah. Visi dan misi sekolah dalam pencapaiannya diwujudkan melalui proses pembelajaran, sedangkan proses pembelajaran dibanguna diantaranya karena adanya bahan pembelajaran. Oleh karena itu bahan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan visi, misi, karena bahan pembelajaran itu sendiri merupakan sarana materi yang akan disampaikan pada siswa dalam upaya mencapai visi dan misi sekolah.
2.        Sesuai dengan kurikulum
Kurikulum yang dimaksud adalah seperangkat program yang harus ditempuh siswa dalam penyelesaian pendidikannya. Paling tidak, secara sempit kurikulum meliputi aspek tujuan/kompetensi, indikator hasil materi, metoda dan penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar, dalam hal ini merupakan pengembangan materi pembelajaran hendaknya senantiasa sesuai dengan tujuan/kompetensi, materi dan indikator keberhasilan. 
3.        Menganut azas ilmiah
Ilmiah yang dimaksud adalah bahan ajar tersebt disusun dan disajikan secara sistematis (terurai dengan baik) metodologis (sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan).
4.         Sesuai dengan kebutuhan siswa
Bahan ajar merupakan hal yang harus dicerna dan dikuasai siswa. Dengan demikian bahan ajar disusun semata-mata untuk kepentingan siswa. Oleh karena itu, maka bahan ajar yang disusun hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa, yaitu sesuai dengan tingkat berpikir, minat, latar sosial budaya dimana siswa itu berada
.
b.   Memenuhi kriteria penyajian, yang meliputi:
1.        Memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi
Bahan pembelajaran yang disusun hendaknya memiliki derajat keterbacaan yang tinggi, dalam arti bahasa yang disajikan menggunakan struktur kalimat dan kosa kata yang baik, bentuk kalimat sesuai tata bahasa, dan isi pesan yang disampaikan melalui huruf, gambar, photo dan ilustrasi lainnya memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Penyajian format dan fisik bahan pembelajaran yang menarik
Format dan fisik bahan pembelajaran juga harus diperhatikan. Format dan fisik buku ini berkaitan dengan tata letak (layout), penggunaan model dan ukuran huruf, warna, gambar komposisi, kualitas dan ukuran kertas, penjilidan, dsb. Format dan fisik bahan ajar sebenarnya merupakan tanggung jawab penerbit (bila bahan ajar tersebut diterbitkan), tetapi sebaiknya penulis memiliki gagasan bagaimana format dan fisik bahan ajar yang diinginkan.